Ketika seseorang menderita bronkitis, tak jarang masih menyisakan tanda tanya walaupun sudah dijelaskan oleh dokter saat penderita bronkitis berobat. Wajar, lantaran suara di masyarakat kadang lebih menakutkan ketimbang penjelasan dokter. Berikut ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh penderita bronkitis. Dok, saya menderita bronkitis, apakah berbahaya ? Apakah bronkitis bisa disembuhkan ? Berapa lama saya harus berobat untuk bronkitis ? … dan pelbagai pertanyaan sejenisnya.
Penyakit apa sih Bronkitis itu ?
Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronchus (saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit.
Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya penyakit, bukan berat ringannya penyakit.
BRONKITIS AKUT
Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
PENYEBAB
Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus, Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.
TANDA TANDA
Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:
- Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak).
- Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada.
- Sesak napas, rasa berat bernapas,
- Kadang batuk darah.
Pemeriksaan:
Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki, wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek dengan menggunakan stetoskop).
Biasanya para dokter menegakkan diagnosa berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Itu sudah cukup.
Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.
PENGOBATAN
Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:
- Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
- Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
- Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika penderita demam.
- Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
- Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.
Diskripsi Rontgen.
Penderita biasanya membaca hasil rontgen sebelum menyerahkannya ke dokter. Tak jarang diskripsi hasil rontgen membuat penderita ketakutan. Untuk itu, andaikata ada kalimat yang tidak jelas pada diskripsi hasil rontgen, seyogyanya menanyakannya kepada dokter.
… cuplikan diskripsi hasil rontgen …
Cor : bentuk dan besarnya dalam batas normal. Cor adalah nama lain dari jantung.
Pulmo : … nampak gambaran infiltrat … dan seterusnya … corakan ramai pada hemithorax kanan dan kiri … dan seterusnya. Pulmo adalah jaringan paru.
Nah, “corakan ramai” inilah yang kerap menimbulkan tanda tanya penderita, bahkan tak jarang penderita ketakutan, sampai-sampai ada yang tidak bisa tidur, sebelum mendapatkan penjelasan dokter. Apa pasal ? Ya itu tadi, ada yang menganggap kata “corakan” identik dengan krowok (bahasa jawa: berlubang). Padahal sejatinya “corakan ramai” adalah terjemahan dari “peningkatan bronchovascular pattern” yang artinya gambaran pembuluh darah disekitar bronkus. Dalam keadaan normal, bronchovascular pattern tidak melebihi setengah dari garis vertikal salah satu bagian paru-paru (hemithorax). Pada keadaan tertentu, bronchovascular pattern meningkat melebihi setengah garis vertikal salah satu bagian paru (paru kanan atau paru kiri), termasuk pada bronkitis.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar